Kepribadian,
Nilai dan Gaya hidup
1. Kepribadian
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
a. Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam
mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
b. Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang,
atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari
lingkungan.
c. Sikap; sambutan terhadap objek yang
bersifat positif, negatif atau ambivalen.
d. Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan
reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus
asa.
e. Responsibilitas (tanggung jawab) adalah
kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari
risiko yang dihadapi.
f. Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang
berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau
tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Faktor-faktor penentu
kepribadian :
a.
Faktor keturunan
Terdapat tiga dasar
penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen
bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian
seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan
temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang
dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari
waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap
anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor
keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa
takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan
ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode
genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna
rambut.
Para peneliti telah
mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir
dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk
hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang
signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis.
Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu
memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari
seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih
mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik
dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
b.
Faktor lingkungan
Faktor lain yang
memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di
mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok
sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.
Faktor lingkungan ini
memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya
membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu
sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya
memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika
Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan
etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku,
sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung
ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam
budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta
memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.
2. Nilai-nilai individu
Pola yang dapat kita
lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alasan seseorang dalam
membelanjakan uang atau sember daya yang mereka kelola dan mereka miliki.
Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa terhadap kehidupan,
maka makin tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang barang dan jasa
tersebut dari segi konsumsi.
Dilihat dari
kepribadian,perilaku konsumen mempunyai nilai-nilai individu sebagai berikut :
a. Id
Id itu untuk
mengusahakan segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan,
yang dicurahkan dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun
dari luar.Berfungsi sebagai menunaikan prinsip kehidupan yang asli atau yang
pertama yang dinamakan prinsip kesenangan (pleasure principle).
Bertujuan untuk
mengurangi ketegangan. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan. Tujuan dari
prinsip kesenangan ini dapat dikatakan terdiri dari usaha mencegah dan
menemukan kesenangan.
b.
Ego
Ego adalah Hubungan
timbal balik antara seseorang dengan dunia memerlukan pembentukan suatu system
rohaniah baru.Berlainan dengan id yang dikuasai oleh prinsip kesenangan, ego
dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle).
Bertujuan untuk
menangguhkan peredaan energi sampai benda nyata yang akan memuaskan telah
diketemukan atau dihasilkan. Penangguhan suatu tindakan berarti bahwa ego harus
dapat menahan ketegangan sampai ketegangan itu dapat diredakan dengan suatu
bentuk kelakuan yang wajar.
c. Super Ego
Superego adalah suatu
cabang moril atau cabang keadilan dari kepribadian.Superego lebih mewakili alam
ideal daripada alam nyata. Superego terdiri dari dua anak system, ego ideal dan
hati nurani.
3. Konsep gaya hidup dan pengukurannya
Gaya hidup adalah
bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan
oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan
seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus
kehidupan.
Psikografi adalah
variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan sering kali
istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian. Beberapa
variabel psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan
demografi.
Konsep gaya hidup
konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan bagaimana
seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan
waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif
internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan
persepsi mereka terhadap sesuatu.
No comments:
Post a Comment