ETIKA BISNIS
Model Etika dalam Bisnis, Sumber
Nilai Etika dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial
Disusun oleh :
Deby Alfianti 12213097
Farrid Martin 13213277
Iwan Martin 14213589
Primadianty Putri 16213926
4EA29
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Mata Kuliah : ETIKA BISNIS
BAB 3
Model Etika dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Etika Manajerial
1.
Immoral
Manajemen
Manajer Immoral didorong oleh Sumber :
Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura
Formation 1996 hal. 21, alasan kepentingan dirinya sendiri demi keuntungan
sendiri atau perusahaannya. Kekuatan yang menggerakkan manajemen Imoral adalah
kerakusan/ ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan
personal. Manajemen immoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen
etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji dibawah upah
fisik minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau
perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan
pemegang hak cipta dan sebagainya.
Immoral manajemen juga merupakan
tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika
bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak
mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal
organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku
bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan
dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri
sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini
selalu menghindari diri dari yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai
batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.
2.
Amoral
Manajemen
Tujuan utama dari manajemen amoral
adalah juga profit, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral.
Ada satu cara kunci yang membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja
melanggar hukum atau norma etika. Bahkan pada manajemen amoral adalah bebas
kendali dalam mengambil keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika
dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh dari manajemen amoral adalah
penggunaan test lie detector bagi calon karyawan.
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan
moralitas dalam manajemen adalah amoral manajemen. Berbeda dengan immoral
manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak
tahu sama sekali etika atau moralitas. ). Tipe ini adalah para manajer yang
dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang diperbuat
sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada pihak lain.
Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah
aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer tipe ini
mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa keputusan
dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak lain atau tidak.
3.
Moral
Manajemen
Manajemen moral juga bertujuan untuk
meraih keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip
etika. Filosofi manajer moral selalu melihat hukum sebagai standar minimum
untuk beretika dalam perilaku. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan
moralitas diletakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku
dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima
dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan
prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk
dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis
yang dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang
berlaku.
4.
Agama,
Filosofi, Budaya dan Hukum
a.
Agama
Bermula dari buku Max Weber The Protestant Ethic and
Spirit of Capitalism (1904-5) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya
hubungan erat antara ajaran agama dan etika kerja, atau anatara penerapan ajaran
agama dengan pembangunan ekonomi.
Banyak ajaran dan paham pada masing-masing agama.
Dengan maksud pengertian Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari
kepercayaan, sistem budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan.Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan /
atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang kosmos dansifat manusia, orang
memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau
gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di
dunia.
b.
Filosofi
Salah satu sumber
nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam pengambilan keputusan oleh
manusaia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran filosofi tersebut bersumber dari
ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan
berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat komplek yang
menjadi tradisi klasik yang bersumber dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf
saat ini.
c.
Budaya
Ciri khas utama yang paling menonjol yaitu kekeluargaan
dan hubungan kekerabatan yang erat. Definisi budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang, dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adatistiadat , bahasa, perkakas , pakaian , bangunan dan karya seni . Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
d.
Hukum
Hukum adalah perangkat
aturan – aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan ekspektasi –
ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan mencoba mengatur serta
mendorong pada perbaikan masalah – masalah yang dipandang buruk atau tidak baik
dalam komunitas. Sebenarnya bila kita berharap bahwa dengan hokum dapat
mengantisipasi semua tindakan pelanggaran sudah pasti ini menjadi suatu yang
mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah pelanggaran yang terjadi dalam
komunitas.
5.
Leadership
Leadership dalam bisnis sangat
diperlukan karena berpengaruh dalam perkembangan bisnis yang
dilakukan. Bahkan ada yang mengatakan bahwasanya leadership atau
kepemimpinan merupakan sebuah karakter utama yang diperlukan dalam bisnis. Hal
ini tidak lain karena peran kepemimpinan berpengaruh terhadap jalannya
bisnis dan juga kinerja karyawan. Tidak setiap orang memiliki leadership yang
baik. namun ada pula orang yang sejak masih kecil sudah terlihat jiwa
kepemimpinannya. akhirnya seiring perkembangannya ia pun terbiasa mengatur dan
membuat keputusan yang berpengaruh pada sekitarnya. Hal ini sangat memiliki
peran penting dalam dunia bisnis. Dunia bisnis tidak selamanya berjalan mulus.
Adakalanya bertemu masalah yang harus diselesaikan dengan berbagai risiko.
Nah,disinilah
peran penting seorang pemimpin akan membawa pengaruh.
ada beberapa hal yang harus
dilakukang oleh seorang pemimpin yang beretika yaitu:
1. Mereka
berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya dan
organisasi.
2. Mereka berlaku
sedemikian rupa sehingga secara pribadi, dia merasa bangga
akan perilakunya.
3. Mereka
berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan yang
diambilnya dan dirinya sendiri.
4. Mereka
berperilaku dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etika sepanjang waktu,
bukan hanya bila dia merasa nyaman untuk melakukannya.
5. seorang
pemimpin etika, menurut Blanchard dan peale, memiliki ketangguhan
untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita-citakannya.
6. Mereka
berperilaku secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting.dengan kata
lain dia tetap menjaga perspektif
Jika
Leadership Berperan Menyelesaikan Masalah
tidak sedikit permasalahan yang harus
dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan bisnis. Peran penting
seorang pemimpin perusahaan diperlukan untuk menyelesaikannya. tidak sekedar
hadirnya seorang pemimpin namun yang benar- benar memahami bagaimana
menyelesaikan permasalahan tersebut. selain itu juga tetap mampu mendorong para
bawahan atau anak buah untuk tetap bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan.
jiwa kepemimpinan memang tidak selalu harus dimiliki pemimpin perusahaan tersebut.
namun setiap orang yang memperoleh tanggung jawab membawahi orang lain
maka perlu meningkatkan kemampuan leadership-nya. hal ini diperlukan untuk
mengelola bagaimana kerjasama antar anak buah atau rekan kerja. selain itu juga
harus menemukan formula yang tepat untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dan
hal tersebut bisa dipahami dan dilakukan oleh anak buah dengan baik.
kriteria Memiliki Jiwa Pemimpinan
Ada beberapa kriteria orang-orang yang memang
memiliki jiwa kepemimpinan atau leadership. Mungkin anda memiliki salah satu
diantaranya atau mungkin semuanya dari tiga kriteria berikut ini yaitu:
·
Mampu memberikan inspirasi dan memberikan
motivasi kepada orang lainmisalnya kepada bawahan.
·
Memiliki kemampuan yang membuat orang lain
merasa segan sehinggaketika berada dalam sebuah organisasi maupun perusahaan ia
pun disegani baik oleh rekan kerja maupun rekan bisnis.
·
Memiliki kewibawaan dan kebijaksanaan
sehingga selain mampumenyelesaikan masalah juga tetap disegani oleh para bawahan.
6.
Strategi dan Performasi
Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.Fungsi yang
penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi tingginya
tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan perusahaan
terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai
kompromi etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan besar
untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan
standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut
excellence harus bisa melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna
mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang jujur.
7.
Karakteristik
individu
Merupakan
suatu proses psikologi yang mempengaruhi individu dalam memperoleh,
mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik
individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakan dan
mempengaruhi perilaku individu”.
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena
peran banyak individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam perusahaan
tersebut. Perilaku para individu ini tentu akan sangat mempengaruhi pada
tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya.
Semua kualitas individu nantinya akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor-faktor yang diperoleh dari luar dan kemudian menjadi prinsip
yang dijalani dalam kehidupannya dalam bentuk perilaku.
Faktor-faktor tersebut yang pertama adalah pengaruh budaya,
pengaruh budaya ini adalah pengaruh nilai-nilai yang dianut dalam keluarganya.
Seorang berasal dari keluarga tentara, mungkin saja dalam keluarganya di didik
dengan disiplin yang kuat, anak anaknya harus beraktivitas sesuai dengan aturan
yang diterapkan orang tuanya yang kedua, perilaku ini akan dipengaruhi oleh
lingkunganya yang diciptakan di tempat kerjanya. Aturan ditempat kerja akan
membimbing individu untuk menjalankan peranannya ditempat kerja. Peran
seseorang dalam oerganisasi juga akan menentukan perilaku dalam
organisasi,seseorang yang berperangsebagai direktur perusahaan, akan merasa
bahwa dia adalah pemimpin dan akan menjadi panutan bagi para
karyawannya,sehingga dalam bersikap dia pun akan mencoba menjadi orang yang
dapat dicontoh oleh karyawannya, misalnya dia akan selalu datang dan pulang
sesuai jam kerja yang ditentukan oleh perusahaan. Faktor yang ketiga adalah
berhubungan dengan lingkungan luar tempat dia hidup berupa kondisi politik dan
hukum, serta pengaruh–pengaruh perubahan ekonomi. Moralitas seseorang juga
ditentukan dengan aturan-aturan yang berlaku dan kondisi negara atau wilayah
tempat tinggalnya saat ini. Kesemua faktor ini juga akan terkait dengan status
individu tersebut yang akan melekat pada diri individu tersebut yang
terwuju dari tingkah lakunya.
8.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sebuah sistem
makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi
dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan
karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
·
Menurut Wood, Wallace, Zeffane,
Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang
dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun
perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
·
Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti
yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara
berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada
dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
·
Menurut Robbins (1996:289), budaya
organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi itu.
·
Menurut Schein (1992:12), budaya
organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan
memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada
anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam
mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh
karakteristik utama yang, secara keseluruhan, merupakan hakikat budaya
organisasi.
·
Inovasi dan keberanian mengambil risiko.
Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil
risiko.
·
Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh
mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada
hal-hal detail.
·
Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen
berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapai hasil tersebut.
·
Orientasi orang. Sejauh mana
keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas
orang yang ada di dalam organisasi.
·
Orientasi tim. Sejauh mana
kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.
·
Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap
agresif dan kompetitif ketimbang santai.
·
Stabilitas. Sejauh mana
kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam
perbandingannya dengan pertumbuhan.
Ciri-ciri Budaya Organisasi
Menurut
Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1.
Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi
inovatif dan mengambil resiko.
2.
Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan
kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.
3.
Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik
dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4.
Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada
orang-orang di dalam organisasi itu.
5.
Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim,
ukannya individu.
6.
Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7.
Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah
baik.
Dengan menilai organisasi itu
berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari
budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman
bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan
diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 :
289).
Referensi
:
No comments:
Post a Comment