Friday, June 17, 2016

tugas bahasa indonesia 2 (minggu terakhir)

Meresensi Sebuah Karya (baru)

Judul                           : Hatta, Jejak yang Melampaui Zaman
Tim Penyunting           : Arif Zulkifli, Bagja Hidayat, Dwidjo U. Maksum, Redaksi KPG
Penerbit                       : KPG
Cetakan                       : pertama, September 2010
Tebal                           : 172

Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus tahun 1902 di Aur Tajungkang Mandianin, Bukittinggi. Bisa dibilang, dia adalah pemimpin bangsa Indonesia yang paling banyak menghasilkan tulisan. Sejak muda, tulisan-tulisannya telah diterbitkan di majalah-majalah. Beliau juga menerbitkan buku-buku. Begitu banyak tulisannya yang seperti ramalan menjadi kenyataan. Ramalan tajam itu bersumber dari kajian luasnya terhadap sejarah dunia.

Hatta memang sosok yang serius, jarang tertawa. Kendati demikian, ia sangat disiplin, terutama dalam waktu. Dia hidup dengan sederhana dan dengan disiplin yang mencengangkan. Bahkan para pekerja perkebunan di Banda menjadikannya jam, pertanda waktu kerja selesai jika Hatta lewat, karena dia rutin berjalan sore pada jam yang sama. Saat senggang, ia lebih suka ketenangan dan membaca buku. Meskipun sempat tinggal di Belanda, dia tidak kebarat-baratan. Dia juga dikenal sebagai penganut sosialis dan juga rasionalis. Dia menolak theosophy yang marak masa itu, tak ada tulisannya yang berbau mistis ketimuran.

Hatta adalah seorang ayah yang modern, ia menyerahkan sepenuhmya pilihan hidup ketiga putrinya pada diri mereka sendiri. Dia juga menjadi kawan dan guru bagi anak-anaknya. Karena kecintaannya yang teramat pada buku, dia juga mendukung cita-cita hidup ketiga putrinya melalui buku. Bahkan, saat menikahi Rahmi, bung Hatta juga menjadikan bukunya sebagai emas kawin, walaupun ditentang sang ibunda. Hatta menerbitkan begitu banyak judul buku dan tulisan di berbagai publikasi. Perpustakaan pribadinya juga menyimpan sekitar 30.000 koleksi bukunya.

Hatta adalah pengkritik paling tajam sekaligus sahabat hingga akhir hayat Sukarno. Dalam banyak hal, dwitunggal ini memang sangat berbeda, juga sering tak sejalur dalam pandangan politik serta cara perjuangan. Pertentangan keduanya pun kian menjadi nyata, mulai saat Sukarno enggan menandatangani maklumat X November 1945 tentang sistem multipartai dan demokrasi parlementer. Sukarno memang cenderung pada demokrasi terpimpin. Keduanya bahkan saling serang dalam pidato maupun lewat tulisan. Akhirnya, 20 Juli 1956 Hatta mengirim surat pengunduran diri sebagai wakil presiden.

Kelebihan :
·         Buku ini menjadi salah satu bentuk ikhtiar
·         Terdapat foto-foto dari Mohammad Hatta
·         Buku ini mengenal lebih dalam sosok Mohammad Hatta
·         Buku ini dapat menjadi tambahan pembelajaran tentang seorang pahalwan

Kekurangan :
·         Foto-fotonya tidak berwarna
·         Kertasnya menguning sehingga membuat pembaca menjadi malas untuk membaca

Kesimpulan :
Buku ini memaparkan sepak-terjang Mohammad Hatta, salah seorang Bapak Bangsa Indonesia dari pemikiran sampai ke asmara. Jauh di masa hidupnya, Hatta telah menerawang pahit-getir perjalanan Republik Indonesia sehingga sering disebut "melampui zaman". Buku ini cocok dibaca untuk semua kalangan.

No comments:

Post a Comment