Nama
: Primadianty Putri
NPM : 16213926
Kelas
: 3EA29
I.
Penalaran
a. Pengertian
Penalaran
(reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti,
fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah
proses berpikir yang sistematik dalam logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan.
Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman,
atau pendapat para ahli (otoritas). Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan
dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:
·
Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan
suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk
sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan
lain yang telah diketahui.
·
Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa
penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang
berupa pengetahuan.
·
Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses
berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju
kepada suatu kesimpulan
b. Jenis-jenis penalaran
Secara umum, ada dua
jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan
deduktif.
1.
Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk
menentukan kesimpulan yang bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini,
kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang
bersifat umum.
Penalaran
Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang
serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau
peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh
melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya
dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa
politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus
itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Beberapa contoh
penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:
1)
Berdasarkan pengalaman, seorang ibu
dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa
lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.
2)
Berdasarkan pengamatannya, seorang
ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah,
rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya
melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua
binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran.
b. Analogi
Analogi
adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu
sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak
penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka
kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula
berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpula yang digunakan
merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
Beberapa contoh
penalaran induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:
1)
Dalam riset medis, para peneliti
mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti
tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis
dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan
uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
c. Hubungan Kausal
(Sebab Akibat)
Penalaran induktif
dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak
dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi
dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang
muncul tanpa penyebab.
Cara berpikir seperti
itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya
dalam dunia ilmu pengetahuan.
Contoh:
1)
Ketika seorang ibu melihat awan tebal
menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya
itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda
akan turun hujan (akibat).
Ciri-ciri
paragraf berpola induktif
1.
Letak kalimat utama di akhir paragraph
2.
Diawali dengan uraian/penjelasan bersifat
khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum
3.
Paragraf induktif diakhiri dengan
kesimpulan
2.
Deduktif
Penalaran
deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum
(prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan
sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang
merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.
a.
Silogisme
Silogisme adalah suatu
proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan.
Contoh :
Semua cendekiawan
adalah pemikir
Habibie adalah
cendekiawan
Jadi, Habibie adalah
pemikir.
b.
Entimen
Entimen adalah
penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya
dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Pak Sastro adalah
renternir
Jadi, Pak Sastro adalah
peghisap darah orang yang kesusahan.
Ciri-ciri
paragraf berpola deduktif
1.
Letak kalimat utama di awal paragraph
2.
Diawali dengan pernyataan umum disusul
dengan uraian atau penjelasan khusus
3.
Diakhiri dengan penjelasan
Kasus :
Anas Urbaningrum
Penangkapan terhadap
Anas antara lain berhasil berkat "nyanyian" Nazaruddin. Pria yang
kala itu masih menjabat Ketua Umum Partai Demokrat tersebut kemudian divonis
delapan tahun penjara oleh pengadilan. Tapi ia bukan petinggi Demokrat terakhir
yang dijerat oleh KPK terkait kasus Hambalang.
KPK menjerat Anas
dengan Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Penetapan Anas sebagai tersangka ini diresmikan melalui
surat perintah penyidikan (sprindik) tertanggal 22 Februari 2013. Sprindik atas
nama Anas tersebut, kata Johan, ditanda tangani Wakil Ketua KPK Bambang
Widjojanto.
Johan juga menegaskan
kalau penetapan Anas sebagai tersangka ini sudah berdasarkan dua alat bukti
yang cukup.
II.
Metode
Ilmiah
a. pengertian
Metode
ilmiah merupakan suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh
interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak
untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan
kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai
hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Ilmuwan melakukan
pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena
alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
b. Tujuan
Tujuan
dalam mempelajari metode ilmiah adalah salah satu bentuk harapan untuk masa
depan. Oleh karena itu, dalam penulisan ilmiah kita tidak diperbolehkan
asal menulis atau mengindahkan kaidah-kaidah dalam penulisan ilmiah.
Dalam penulisan ilmiah, kita harus mempunyai metode agar tulisan dapat dipahami
dan dimengerti oleh pembaca dikemudian hari. Berikut beberapa tujuan
dalam mempelajari metode ilmiah :
1.
Meningkatkan keterampilan dalam
mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara sistematis,
2.
Meningkatkan keterampilan dalam menulis
berbagai karya tulis, dan
3.
Meningkatkan pengetahuan tentang
mekanismen penulisan karangan ilmiah
c. Tahap Langkah Metode Ilmiah
observasi
Langkah
pertama dalam metode ilmiah menyatakan masalah berdasarkan pengamatan. Pada
tahap ini, ilmuwan mengakui bahwa sesuatu telah terjadi dan itu terjadi
berulang-ulang. Oleh karena itu, ilmuwan merumuskan pertanyaan atau menyatakan
masalah untuk penyelidikan. Langkah berikutnya dalam metode ilmiah adalah untuk
mengeksplorasi sumber daya yang mungkin memiliki informasi tentang itu
pertanyaan atau masalah. Di sini, ilmuwan melakukan penelitian perpustakaan dan
berinteraksi dengan para ilmuwan lain untuk mengembangkan pengetahuan tentang
dengan pertanyaan di atas.
Hipotesis,
eksperimentasi, dan analisis
Selanjutnya,
hipotesis terbentuk, yang berarti bahwa ilmuwan mengusulkan solusi yang mungkin
untuk pertanyaan, menyadari bahwa jawabannya bisa salah. Ilmuwan menguji
hipotesis melalui eksperimen yang mencakup kelompok eksperimen dan kontrol.
Data dari percobaan dikumpulkan, direkam, dan dianalisis.
kesimpulan
Setelah
menganalisa data, ilmuwan menarik kesimpulan. Sebuah kesimpulan yang valid
harus didasarkan pada fakta-fakta yang diamati dalam percobaan. Jika data dari
percobaan diulang mendukung hipotesis, ilmuwan akan mempublikasikan hipotesis
dan eksperimental data untuk ilmuwan lain untuk meninjau dan membahas.
d. Sikap ilmiah
Sikap
Ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan
benar yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga
keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri
seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah
untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula.
1. Rasa ingin tahu
Seorang peneliti harus
memiliki sifat rasa ingin tahu yang sangat besar sebagai dasar jika ingin
melakukan suatu penelitian. Apa, bagaimana, mengapa peristiwa tersebut dapat
terjadi, yang pada akhirnya seorang peneliti dapat mengungkapkan fenomena yang
terjadi melalui suatu penelitian sehingga mendapatkan suatu jawaban atau hasil
yang memuaskan.
2. Jujur
Peneliti harus jujur
dalam melakukan penelitian, data-data yang didapatkan harus sesuai dengan apa
yang diteliti, tidak boleh melakukan manipulasi data. Sehingga hasil yang
didapatkan dapat dipertanggungjawabkan
3. Tekun
Tidak mudah putus asa
dalam melakukan penelitian. Kadang suatu penelitian harus diulang beberapa kali
hingga mendapatkan hasil yang diharapkan, hal ini menyebabkan seorang peneliti
harus memiliki sifat tekun dan pantang menyerah
4. Teliti
Bertindak berhati-hati
dan tidak ceroboh, sehingga kesalahan kesalahan dalam penelitian dapat
dihindari.
5. Objektif
Hasil dari penelitian
tidak boleh dipengaruhi perasaan pribadi sehingga dapat menyebabkan data yang
bersifar subjektif. Semua data yang diperoleh harus didasarkan pada fakta yang
ditemukan dilapangan.
6. Terbuka
Peneliti harus memiliki
sifat tebuka dengan mau menerima pendapat dari orang lain, sehingga
diaharapakan penelitian yang dilakukan dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya
7. Toleran
Seorang ilmuwan harus
bersedia menerima gagasan dari
Contoh
Kasus Metode Ilmiah Tentang Tumbuhan
Berikut ini adalah
contoh metode ilmiah biologi dan langkah-langkah metode ilmiah sederhana :
I. Masalah
Pengaruh manusia
sebagai factor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan.
II. Rumusan
Masalah
1. Apakah
manusia berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan ?
2. Bagaimana
keadaan tumbuhan yang dirawat secara baik oleh manusia, dan keadaan tumbuhan
yang tidak dirawat ?
III. Observasi
·
Mengamati tumbuhan yang selalu
dipelihara, dirawat, diberi air dan diberi pupuk oleh manusia,
tumbuhan tersebut tumbuh dengan subur.
IV. Hipotesis
·
Mungkin tumbuhan akan tumbuh subur oleh
manusia.
V. Eksperimen
1. Tujuan
:
·
Untuk mengetahui pengaruh manusia factor
luar terhadap pertumbuhan tumbuhan.
2. Alat
dan bahan untuk melakukan eksperimen tersebut :
·
2 pot ukuran sama
·
2 tanaman sejenis dan seukuran
·
Tanah
·
Pupuk
·
Air
·
Alat tulis
3. Cara Kerja
:
·
Isi pot 1 dengan tanah, tanaman, dan
pupuk lalu siram,
·
Isi pot 2 dengan tanah, tanaman tanpa di
beri pupuk lalu disiram,
·
Rawat tanaman dalam pot 1 secara baik,
sementara tanaman dalam pot 2 dibiarkan atau tidak dirawat,
·
Amati tanaman dalam pot 1 dan pot 2 (
daun, batang, dahan ) lalu dibandingkan ke 2 tanaman tersebut.
VI. Kesimpulan
Setelah melakukan
eksperimen kemudian dengan mengamati tanaman tersebut selama beberapa hari
hasil yang saya dapat adalah :
·
Tanaman pada pot 1 tumbuh dengan baik
dengan daun, batang, dan dahan tumbuh sempurna,
·
Tanaman pada pot 2 tumbuh
dengan sebaliknya, tumbuh dengan tidak baik dengan daun, batang, dan dahan
tidak tumbuh dengan sempurna bahkan terlihat layu,
· Jadi, manusia sebagai factor luar sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan, baik tidak nya tumbuhan tersebut
tumbuh
III.
Perbedaan
karya ilmiah dan non ilmiah
Istilah
karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui
orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya,
kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan
yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya
ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau
observasi.Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya,
dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan
langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian
masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan
ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan
menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang
dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain
karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga
karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah
dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang
membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan
ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam
karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari.
Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian
istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari
segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan
dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah
agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah
memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat
pada karangan semiilmiah.
Berdasarkan
karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan
di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi,
tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel,
feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah
anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah
drama.
Karya
nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan
umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya
nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya
nonilmiah bersifat
(1) emotif: kemewahan
dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan
sedikit informasi,
(2) persuasif:
penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi
sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative,
(3) deskriptif:
pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
(4) jika kritik
adakalanya tanpa dukungan bukti.
Contoh karya ilmiah dan
non ilmiah:
Karya
ilmiah : skripsi
BAGIAN AWAL
1.
Halaman Sampul
2.
Lembar Persetujuan Pembimbing
3.
Lembar Persetujuan Pembimbing
4.
Lembar Persetujuan dan Pengesahan
5.
Abstrak
·
Kata Pengantar
·
Daftar Isi
·
Daftar Tabel
·
Daftar Gambar
·
Daftar Lampiran
BAGIAN INTI
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
D.
Manfaat Penulisan
E.
Batasan Masalah
F.
Metode Pengumpulan Data
G.
Metode Pemecahan Masalah
BAB II. ANALISIS TEORI
BAB III. PENYAJIAN DATA
DAN ANNALISIS PEMECAHAN MASALAH
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAGIAN AKHIR
Daftar Rujukan
Lampiran
Non
ilmiah : puisi
Sahabat Putih-Biru
Kujelajahi sejarah
kenangan
kuputar rekaman
masalalu
menghadirkan kembali
masa itu
masa-masa putih-biru
Walau
terombak waktu potret wajahmu
melintas seketika
teringat
sosokmu sosok …
DAFTAR PUSTAKA